Langsung ke konten utama

NILAI FILOSOFI TARI TOPENG

Sarat dengan Nilai Filosofi

Tari Topeng, Pertemuan Ritual Kepercayaan dan Seni Tradisi

RETNO HERIYANTO/"PRLM"
RETNO HERIYANTO/"PRLM"
TOPENG Rumyang menggambarkan kehidupan seseorang remaja pada masa akil balig ditarikan Dwi Yulisa pada Pentas Seni Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas Padjajaran Bandung bertempat di Gedung...
BANDUNG, (PRLM).- Kesenian tradisional tari topeng merupakan kesenian purba yang sarat makna serta nilai filosofi saat ini terus mengalami pergeseran nilai maupun tatanan penampilan. Awalnya tari topeng sesungguhnya berkembang dan bagian dari wilayah abu-abu, pertemuan ritual kepercayaan dan seni tradisi.
“Meski geliatnya kembali terasa, kesenian topeng nasib belum menunjukan sesuai yang diharapkan. Peran pemerintah yang semestinya mampu menjadi pendorong semangat, dibeberapa daerah justru memanfaatkan keberadaan seniman atau para pelaku,” ujar Toto Amsar, S.Sen. M.Hum., ., staf pengajar di STSI Bandung, seusai pegelaran Pentas Seni Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas Padjajaran Bandung bertempat di Gedung Teater Tertutup Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House), Minggu (29/1) malam, yang menampilkan sanggar seni Mulya Bhakti dari Dusun Sliyeg, Desa Tambi, Kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, pimpinan Mimi Wangi Indriya.
Dikatakan Toto, yang juga peneliti dan bersama rekannya Endo Suanda pernah membangikitkan kembali semangat berkesenian maestro kesenian topeng Pakandangan Indramayu (Alm) Mimi Rasinah, nasib kesenian topeng yang jadi kekayaan peradaban Nusantara bahkan dunia, kini terimpit zaman. Topeng dan seni tarinya tak punya banyak pilihan lagi mengalami pergeseran mengikuti selera zaman atau mati berhenti dan terlupakan di roda waktu yang terus berlari.
“Awalnya kesenian tari topeng berkembang dan merupakan bagian dari wilayah abu-abu, pertemuan ritual kepercayaan dan seni tradisi dalam penyebaran agama (Islam). Dalam nalam sejumlah pementasan seni, tari topeng menjelman sebagai pertunjukan penuh gebyar dan menghibur,” ujar Toto yang berharap kondis tersebut terus berlanjut.

Sumber,
http://www.pikiran-rakyat.com/node/174867

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda

Sumber: http://www.nu.or.id Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda Dari tangan Ajengan KH Muhammad Nuh Ad-Dawami Garut, Jawa Barat, mengalir puluhan karya tulis. Umumnya menggunakan bahasa Sunda, tapi ada juga yang berbahasa Arab dan Indonesia.  Penggunaan abjadnya ada yang berhuruf Latin, umumnya Arab Pegon. Sementara bentuk penulisannya, ada yang naratif, juga nadzom. Secara umum, karya-karya itu bernuansa tasawuf dan tauhid, di samping beberapa kitab fiqih.  Menurut puteri ketiga Ajengan Nuh, Ai Sadidah, ada sekitar 50 buah. “Setiap bulan puasa, pasti melahirkan karya tulis. Dan kitab itulah yang akan dikaji selama sebulan,” katanya di kediaman Ajengan Nuh, Garut, Senin (11/2) lalu. Uniknya, karya-karya pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Cisurupan Garut terus itu masih ditulis tangan.

Culinary Tips When Travelling In Bogor

Culinary Tips When Travelling In Bogor Want a culinary tour of Bogor? You can find a variety of delicious food at the Rain City. But remember, there are 5 important things when you are on a culinary tour there. Bogor, West Java, is not only famous Bogor Botanical Gardens or the Museum of Zoology course. For culinary hunters, Bogor is paradise. In every corner of the city, you can find a wide variety of culinary. One culinary destination in Bogor is Suryakencana Road. Its location is strategic, not far from Bogor station and in front of the main door of the Bogor Botanical Gardens. Please hunt pickled Bogor, Bogor soup, spiced corn, beer shake, and various other culinary. But first, there are 5 important things to keep in mind. Here are 5 tips when on a culinary tour Jl Suryakencana, Bogor:

NU dan MUI Yogyakarta Gelar Deklarasi Damai

Yogyakarta, Pengurus NU Yogyakarta dan MUI mengadakan seminar bertajuk “Selamatkan Yogyakarta dari ISIS” di gedung Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Kamis (28/8). Seminar yang dihadiri lebih dari 300 peserta ini menolak dakwah agama dan gerakan politik melalui jalan kekerasan. Ketua LDNU Yogyakarta Dr H Maksudin dalam sambutan seminar mengingatkan peran mahasiswa UIN sebagai kader perdamaian.