Langsung ke konten utama

H Atang, Penunjang Kitab Pesantren 3 Kecamatan

H Atang, Penunjang Kitab Pesantren 3 Kecamatan
Subang, NU Online  
Jika kita bertanya kepada para santri, “Dimana mendapatkan kitab-kitab kuning?” Tanpa berpikir panjang dan merenung berlama-lama, santri tersebut akan menjawab “di Haji Atang”. 

Jawaban tersebut akan muncul jika bertanya kepada santri-santri di tiga kecamatan Kabupaten Subang, yaitu Kalijati, Patokbeusi, dan Purwadadi. Ada juga dari Kecamatan Pabuaran dan Cikaum.  


Haji Atang adalah toko kitab yang didirikan sekitar tahun 1960. Toko itu tak bernama, tapi karena pemilik dan pendirinya bernama Atang yang sudah bergelar haji, maka para santri akrab memanggil toko kitab Haji Atang. 

Haji Atang sendiri sudah meninggal. Toko kitab dilanjutkan anaknya. Sekarang dilanjutkan generasi ketiga, yaitu Ali.

“Untung memang untung, makanya terus dijalani, tapi tidak besar, dan lakunya agak susah,” kata Ali kepada NU Online yang sempat menyambangi toko tersebut pada Selasa, (19/3).

Untuk mensiasati itu Ali menjual busana muslim seperti kopiah, sarung, dan pakaian seperti koko dan kebaya, juga kain. 

Dari penelisikan NU Online, di toko tersebut dijual juga kitab-kitab yang ditulis ajengan-ajengan Sunda semisal Nadham Anak Adam, Perhiasan Alus, Hadaiqul Akhbar, Kitab Sifat Dua Puluh, Akhyaru Shalawat, Manhajul Istiqomah, Tanbihul Anam dan Parukunan Sunda. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda

Sumber: http://www.nu.or.id Ajengan Nuh Karang Kitab Sunda Dari tangan Ajengan KH Muhammad Nuh Ad-Dawami Garut, Jawa Barat, mengalir puluhan karya tulis. Umumnya menggunakan bahasa Sunda, tapi ada juga yang berbahasa Arab dan Indonesia.  Penggunaan abjadnya ada yang berhuruf Latin, umumnya Arab Pegon. Sementara bentuk penulisannya, ada yang naratif, juga nadzom. Secara umum, karya-karya itu bernuansa tasawuf dan tauhid, di samping beberapa kitab fiqih.  Menurut puteri ketiga Ajengan Nuh, Ai Sadidah, ada sekitar 50 buah. “Setiap bulan puasa, pasti melahirkan karya tulis. Dan kitab itulah yang akan dikaji selama sebulan,” katanya di kediaman Ajengan Nuh, Garut, Senin (11/2) lalu. Uniknya, karya-karya pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Cisurupan Garut terus itu masih ditulis tangan.

Mbah Salman, Mursyid Bersahaja nan Kharismatik Wafat

Duka masih menggelayuti lingkungan Pesantren Al-Manshur Popongan Tegalgondo Wonosari Klaten. Pengasuh pesantren tersebut, KH M Salman Dahlawi wafat, Selasa (27/8) pukul 17.45 WIB, dalam usia 78 tahun. Kepergiannya membawa duka yang mendalam bagi banyak pihak, khususnya bagi kalangan Jam’iyyah Thariqah Mbah Salman, begitu dia biasa dipanggil oleh para santrinya, merupakan mursyid Thariqah Naqsabandiyyah-Khalidiyyah. Saat ini, dia juga tercatat menjadi anggota Majelis Ifta’ (Majelis Fatwa) di Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN). Selama hidup beliau juga pernah menjabat sebagai Mustasyar di Nahdlatul Ulama (NU).